Wanita lebih rentan terkena serangan depresi atau gangguan mental atau suasana perasaan dibandingkan laki-laki.
"Faktor risiko terserangnya gangguan tersebut lebih banyak dialami oleh wanita karena faktor biologis penyebab depresi lebih besar dari pada laki-laki," ujar dr. Jenny Maria CS, SpKJ, di Seminar Kesehatan Jiwa untuk masyarakat awam di Rumah Sakit Imanuel, Bandarlampung, Provinsi Lampung, Sabtu (6/10).
Menurut dia, faktor biologis menjadi salah satu faktor penyebab depresi atau gangguan mental. Ada keterlibatan sistem dan zat-zat tertentu di otak bertemu. Sebab itu, wanita lebih cepat marah ketika mendekati menstruasi. Sistem dan zat-zat kimia seperti Norepinephrine, Serotin dan Dopamine bersatu sehingga menyebabkan hal tersebut.
"Pada saat itu maka wanita akan lebih cepat marah karena zat-zat tersebut berkaitan dengan kecemasan, fungsi pikiran, dorongan, nafsu makan serta gairah seks menjadi satu, sehingga menimbulkan kegelisahan yang tidak menentu," kata dia.
Namun hal tersebut, lanjutnya, tidak akan membahayakan apabila dapat disikapi dengan berpikir positif, sehingga tidak menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan. Ia menjelaskan depresi merupakan gangguan mental atau gangguan suasana perasaan yang tidak dapat dikendalikan, sehingga bisa mengganggu kegiatan sehari-hari.
"Penderita depresi di Indonesia berdasarkan hasil riset mencapai 27 persen dari jumlah penduduk negara ini, sedangkan untuk dunia sebesar 350 juta orang," kata dia.
Semakin banyaknya penderita gangguan tersebut, perlu adanya upaya serius dalam penanganan permasalahan tersebut. "Pada dasarnya siapa saja bisa terserang depresi tetapi tingkatan terbesarnya adalah saat usia produktif," ujar dokter jiwa RS Imanuel Bandarlampung itu.
Untuk itu, ia melanjutkan, perlunya pengetahuan umum mengenai penyebab depresi, sehingga tidak ada lagi masyarakat yang terserang gangguan tersebut.
Ia menyebutkan, gejala-gejala depresi antara lain adalah afek depresif atau perasaan sedih, mudah merasa lelah, loyo, hilang minat dan kegembiraan, tidak percaya diri, gangguan tidur, makan, pandangan masa depan suram, sulit konsentrasi, merasa bersalah, serta percobaan bunuh diri.
"Penyakit ini masih dapat diobati jadi tidak perlu khawatir bagi siapapun yang terserang masalah tersebut," kata dia.
Ia menyebutkan, penyakit itu masih dapat diatasi dengan prilaku hidup sehat dengan meminimalisasi terjadinya stres atau gangguan pikiran berlebihan. "Memperbanyak olahraga juga dapat mengatasi munculnya stress dan depresi sehingga kita tidak mudah terserang penyakit tersebut," kata dr Jenny.
Namun, ia melanjutkan, yang menjadi hambatan pengobatannya adalah minimnya informasi serta masih kurangnya kesadaran penderita dan keluarga untuk mengatasi penyakit itu karena pengobatannya termasuk melelahkan atau membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
"Faktor risiko terserangnya gangguan tersebut lebih banyak dialami oleh wanita karena faktor biologis penyebab depresi lebih besar dari pada laki-laki," ujar dr. Jenny Maria CS, SpKJ, di Seminar Kesehatan Jiwa untuk masyarakat awam di Rumah Sakit Imanuel, Bandarlampung, Provinsi Lampung, Sabtu (6/10).
Menurut dia, faktor biologis menjadi salah satu faktor penyebab depresi atau gangguan mental. Ada keterlibatan sistem dan zat-zat tertentu di otak bertemu. Sebab itu, wanita lebih cepat marah ketika mendekati menstruasi. Sistem dan zat-zat kimia seperti Norepinephrine, Serotin dan Dopamine bersatu sehingga menyebabkan hal tersebut.
"Pada saat itu maka wanita akan lebih cepat marah karena zat-zat tersebut berkaitan dengan kecemasan, fungsi pikiran, dorongan, nafsu makan serta gairah seks menjadi satu, sehingga menimbulkan kegelisahan yang tidak menentu," kata dia.
Namun hal tersebut, lanjutnya, tidak akan membahayakan apabila dapat disikapi dengan berpikir positif, sehingga tidak menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan. Ia menjelaskan depresi merupakan gangguan mental atau gangguan suasana perasaan yang tidak dapat dikendalikan, sehingga bisa mengganggu kegiatan sehari-hari.
"Penderita depresi di Indonesia berdasarkan hasil riset mencapai 27 persen dari jumlah penduduk negara ini, sedangkan untuk dunia sebesar 350 juta orang," kata dia.
Semakin banyaknya penderita gangguan tersebut, perlu adanya upaya serius dalam penanganan permasalahan tersebut. "Pada dasarnya siapa saja bisa terserang depresi tetapi tingkatan terbesarnya adalah saat usia produktif," ujar dokter jiwa RS Imanuel Bandarlampung itu.
Untuk itu, ia melanjutkan, perlunya pengetahuan umum mengenai penyebab depresi, sehingga tidak ada lagi masyarakat yang terserang gangguan tersebut.
Ia menyebutkan, gejala-gejala depresi antara lain adalah afek depresif atau perasaan sedih, mudah merasa lelah, loyo, hilang minat dan kegembiraan, tidak percaya diri, gangguan tidur, makan, pandangan masa depan suram, sulit konsentrasi, merasa bersalah, serta percobaan bunuh diri.
"Penyakit ini masih dapat diobati jadi tidak perlu khawatir bagi siapapun yang terserang masalah tersebut," kata dia.
Ia menyebutkan, penyakit itu masih dapat diatasi dengan prilaku hidup sehat dengan meminimalisasi terjadinya stres atau gangguan pikiran berlebihan. "Memperbanyak olahraga juga dapat mengatasi munculnya stress dan depresi sehingga kita tidak mudah terserang penyakit tersebut," kata dr Jenny.
Namun, ia melanjutkan, yang menjadi hambatan pengobatannya adalah minimnya informasi serta masih kurangnya kesadaran penderita dan keluarga untuk mengatasi penyakit itu karena pengobatannya termasuk melelahkan atau membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar